Minuman Soda atau Permen, Mana yang Lebih Buruk bagi Tubuh?


InfoBerita - Jus dan teh adalah minuman yang tepat, tetapi ketika rasa haus itu melanda, banyak orang di seluruh dunia suka minum soda yang lebih dirasa "menyegarkan". Minuman bersoda dan manis dengan beberapa es batu membuat banyak orang mengagumi cita rasa menyegarkan dan "mewah" dari sebuah minuman kalengan sekalipun.

Namun sebenarnya minuman bersoda tidak begitu menyehatkan, ada bahan kimia lain yang ditemukan dalam minuman soda. Sebuah studi baru mengatakan soda sebenarnya jauh lebih buruk bagi kita daripada yang kita duga, dan itu mungkin menjadi faktor risiko utama untuk resistensi insulin, dan sebagai hasilnya, diabetes tipe 2.

Studi ini berasal dari para peneliti di Rumah Sakit St. Michael dan Universitas Toronto di Kanada, dan diterbitkan di British Medical Journal.

Ini bertujuan untuk lebih memahami bagaimana konsumsi gula mempengaruhi kadar glukosa darah secara keseluruhan, dan mereka menemukan bahwa soda mempengaruhi tingkatkan yang lebih dari makanan manis lainnya seperti permen.

Bagaimana mereka mengetahuinya?

Mereka mengambil data dari 155 penelitian yang berbeda yang mengamati orang dengan dan tanpa diabetes tipe 2 selama sekitar 12 minggu.

Di sana, mereka menemukan bahwa makanan dengan fruktosa alami (seperti sayuran, buah-buahan dan jus buah alami) tidak mempengaruhi kadar gula darah terlalu banyak, tetapi makanan dengan tambahan glukosa adalah cerita yang berbeda.

Makanan seperti permen ditemukan memiliki efek berbahaya, tetapi soda sejauh ini jauh lebih berbahaya, dengan penelitian yang mengatakan itu "dapat meningkatkan risiko diabetes lebih dari makanan manis lainnya".

Soda digambarkan memberikan energi "miskin nutrisi" yang berlebihan untuk diet, yang tidak baik untuk menghindari diabetes tipe 2.

Para peneliti menduga bahwa ini adalah karena indeks glikemik yang rendah pada sebagian besar makanan berbahan dasar fruktosa, sementara makanan yang kaya glukosa melihat lonjakan yang lebih besar dalam tingkat gula darah, yang akhirnya mengarah ke resistensi insulin, dan diabetes tipe 2 sebagai hasilnya.

Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, seperti ukuran sampel yang kecil, periode tindak lanjut yang singkat, dan terbatasnya variasi makanan, tetapi ruang lingkup penelitian yang besar menunjukkan para peneliti mungkin melakukan sesuatu.
Previous
Next Post »
0 Komentar