InfoTerkini - Percaya atau tidak, balita adalah kelompok terbaru yang gemar mengonsumsi kopi. Menurut studi tahun 2015 oleh Boston Medical Center, 15 berita balita mengonsumsi sekitar empat ons kopi setiap hari, sama dengan setengah cangkir.
Studi ini menemukan bahwa 2,5 persen anak usia 1 tahun minum kopi dan jumlah itu meningkat pada usia 2 tahun. Ada beberapa faktor yang berperan mengapa anak meminum kopi. Peran orangtua, terutama ibu, besar dalam memengaruhi konsumsi kopi pada anak-anak.
American Academy of Pediatrics (AAP) menemukan bahwa anak-anak berpenghasilan tinggi cenderung minum kafein, ketimbang anak-anak dari keluarga di bawah garis kemiskinan. Namun, dalam studi Boston khususnya, keluarga Hispanik lebih cenderung memberi anak mereka kopi setiap hari.
Boston memiliki populasi keluarga Hispanik yang tinggi. Para peneliti belajar bahwa keluarga-keluarga ini tidak melihat alasan untuk menghilangkan tradisi minum kopi yang dimulai sejak anak-anak. Aksesibilitas juga dapat memainkan peran.
Balita belajar tentang dunia dari orang dewasa di sekitar mereka, jadi masuk akal bahwa si kecil ingin tahu akan kopi jika itu adalah kebiasaan sehari-hari dalam kehidupannya. Lalu, adakah dampak bila Si Kecil mengonsumsi kopi?
Pada tahun 2014, AAP membentuk satuan khusus untuk mengatasi meningkatnya konsumsi kafein pada anak-anak. Dalam laporan, mereka mencatat bahwa 73 persen anak-anak Amerika minum beberapa bentuk kafein setiap hari. Sumber yang paling umum yaitu minuman soda. Minuman kopi berada di urutan kedua.
Pada antara tahun 2009 dan 2010, sekitar seperempat kafein yang dikonsumsi oleh anak-anak berasal dari kopi. Minuman energi berada di urutan ketiga dan konsumsinya juga meningkat. Teh juga sangat umum pada anak-anak mulai sekitar usia 2 tahun.
Sejauh ini, AAP belum secara khusus menetapkan pedoman untuk kafein pada anak-anak. Meskipun direkomendasikan bahwa anak-anak di bawah usia 12 tahun tidak mengonsumsi kafein dalam bentuk apa pun.
Penelitian lain menemukan konsumsi kopi dan kafein yang dihubungkan dengan kebiasaan gaya hidup lainnya, dapat menyebabkan hasil negatif, misalnya depresi, diabetes tipe 1, gangguan tidur, kegemukan, gelisah, denyut jantung meningkat, tekanan darah berubah, gugup, masalah perut, diare, kesulitan berkonsentrasi, muntah, sering buang air kecil, dan dehidrasi.
Balita, khususnya usia dua tahun yang minum kopi atau teh dalam pola makan mereka, memiliki peluang 3 kali lipat kegemukan saat masuk di taman kanak-kanak. Risiko terbesar dan masih belum diketahui adalah para ilmuwan belum tahu efek jangka panjang kafein pada otak yang sedang berkembang, terutama di usia balita.
0 Komentar